WELCOME TO MY BLOG >

Rabu, 04 November 2015

Sejarah Gunung Kelud



Gunung Kelud/Kloot Volcano atau sering juga dituliskan menjadi Kelut/Kelud yang dalam bahasa Jawa berarti “sapu”, dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau Kloete, adalah sebuah gunung berapi di Jawa Timur, yang masih aktif.Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri. Bersama dengan Gunung Merapi, Gunung Kelud merupakan gunung berapi paling aktif di Indonesia. Puncaknya berada pada ketinggian 1717 mdpl.
Proses pembentukan Gunung Keludsama seperti banyak gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Kelud terbentuk akibat proses subduksi lempeng benua Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia.

SEJARAH ERUPSI
Sejak tahun 1000 Masehi, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI).Namun diantara semua letusannya, hanya akan dirangkai beberapa saja di dalam artikel ini.



 

Kawah danau di puncak Gunung Kelud

A. Letusan Pra Abad 20
Sejak tahun 1300 Masehi, baru tercatat bahwa gunung Kelud ini aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun), menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia.Sedangkan sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa.Kemudian pada letusan gunung Kelud berikutnya di tahun 1586 masehi, tercatattelah merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa.

B. Letusan Abad ke-20
Pada abad ke-20, letusan Gunung Kelud tercatat pernah meletus sebanyak lima kali, yaitu pada tahun :

Tahun 1901(selang 18 tahun), Tahun 1919 (1 Mei)(selang 32 tahun), Tahun 1951(selang 15 tahun), Tahun 1966(selang 24 tahun), Tahun 1990.(selang 17 tahun ke letusan berikutnya, 2007)

Pola ini membawa para ahli gunung api kepada ‘siklus 15 tahunan’ bagi letusan gunung ini. 

1. Letusan tahun 1919
Pada era Belanda, saat Kelud meletus pada 1919, volume air danau kawah saat itu mencapai 40 juta meter kubik. Letusan di tahun 1919 ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban hingga 5.160 jiwa. Letusan dahsyat yang mematikan pada tahun 1919 ini juga merusak sampai 15.000 hektar lahan produktif.
Hal itu terjadi akibat aliran lahar Kelud yang turun dengan deras hingga mencapai jarak 38 km dibawahnya, meskipun di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar sejak tahun 1905 namun tak dapat menampung.Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air Danau Kawah.Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan selesai pada tahun 1926.Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan dan masih berfungsi hingga beberapa tahun kedepannya.

2. Letusan tahun 1966
Pada masa setelah kemerdekaan, dibangun lagi terowongan baru sebagai tambahan dari terowongan yang lama, setelah letusan tahun 1966.Terowongan atau tunnel yang baru itu berada 45 meter di bawah terowongan lama.Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik.

3. Letusan tahun 1990
Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu dari tanggal 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik.Lahar dingin menjalar hingga 24 kilometer dari danau kawah dan melalui 11 sungai yang berhulu dari gunung itu.Letusan ini sempat menutup Terowongan Ampera akibat banyaknya volume material vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung ini.Sehingga hal itu menyebabkan Terowongan Ampera tersebut tak dapat menampung lagi jumlah material yang ada, lalu buntu atau tersumbat. Proses normalisasi Terowongan Ampera baru selesai pada tahun 1994.

C. Letusan Abad ke-21
Memasuki abad ke-21, gunung Kelud telah tiga kali mengalami erupsi, yaitu pada tahun:

Tahun 2007(selang 3 tahun), Tahun 2010(selang 4 tahun), Tahun 2014 (13-14/2/14)



Letusan Kelud 2007 menghasilkan kubah lava, menghilangkan danau

Terlihat pada letusan ini dibanding letusan-letusan sebelumnya, telah terjadi perubahan frekuensi pada letusan gunung Kelud pada abad 21 ini. Perubahan frekuensi letusan ini terjadi akibat terbentuknya sumbat lava yang terdapat di mulut kawah gunung Kelud. Akibat adanya penyumbatan oleh lava itu, maka tekanan dari dalam magma yang mendesak keluar, menjadi tersumbat.Hal ini membuat tekanan yang seharusnya sudah keluar, menjadi mengumpul dan mengumpul. Jika tak tersumbat maka tekanan energi dari magma gunung Kelud akan terus-menerus keluar dengan lancar, maka periode letusan akan lebih jarang seperti periode-periode sebelumnya.
api sejak kini hal itu tak berlaku lagi karena mulut kawah tertutup. Maka itu, energi magma yang terkumpul menjadi begitu besarnya, sehingga terjadi letusan yang lebih sering dibanding periode sebelumnya.Jadi jika gunung Kelud meletus maka akan mengakibatkan ledakan yang memiliki kekuatan energi yang jauh lebih besar dari biasanya hingga dapat menyebabkan badai petir dan gumpalan material vulkanik yang dilontarkan dapat membumbung tinggi di atmosfir hingga mencapai puluhan kilometer diatasnya.Hal ini dapat diibaratkan bagai sebotol minuman soda, yang dapat menyembur setelah botol dikocok namun tutup botol masih menyumbat. Saat tutup botol dilepas, maka tekanan yang lebih kuat dari biasanya akan mendorong air soda lebih besar dibanding pada botol soda yang dikocok namun kepala botolnya tak tertutup.



Petir di atas gunung kelud saat letusan 2014


KEADAAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT
            Sejak tahun 2004, hubungan jalan darat menuju puncak Kelud telah diperbaiki sehingga memudahkan para wisatawan serta penduduk. Gunung Kelud telah menjadi obyek wisata Kabupaten Kediri dengan atraksi utama adalah kubah lava (pasca letusan 2007) dan danau kawah yang ada pada puncak gunung (sebelum letusan 2007). Selain itu, telah disediakan pula jalur panjat tebing di puncak Sumbing, pemandian air panas, serta flying fox.
            Pembangunan fasilitas membuat dampak positif bagi keadaan social dan ekonomi masyarakat. Upacara spiritual yang dilakukan di kawah gunung saat bulan suro juga menjadi daya tarik tersendiri. Dengan keterangan di atas dapat menjelaskan bahwa keadaan social dan ekonomi masyarakat sekitar kelud terbilang baik.


MANFAAT MATERIAL
Saat letusan di tahun 2014 ini, gunung Kelud telah memuntahkan material vulkanik sebanyak 100 juta meter kubik. Material sebanyak itu hanya dimuntahkan Kelud dalam waktu singkat.


Kerikil Gunung Kelud

Jika dibandingkan dengan gunung Merapi yang meletus sebelumnya, maka material vulkanik yang dikeluarkan gunung Merapi untuk mencapai 100 juta meter kubik harus dibutuhkan dalam waktu sebulan lamanya.Jika dibandingkan dengan gunung Sinabung di Sumatera Utara yang meletus sejak September 2013 hingga Februari 2014, dan hingga kini masih terus berlangsung, atau telah 5 bulan lamanya, material vulkanik yang dikeluarkan selama 5 bulan itu belum mencapai 100 juta meter kubik.
Sedangkan menurut penelitian dari Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, ukuran material vulkanik yang dikeluarkan dari Gunung Kelud memiliki ukuran yang berbeda-beda.Untuk ukuran material vulkanik berupa pasir ditemukan pada jarak yang jauh hingga Solo dan Jogjakarta, sedangkan material berupa abu yang sangat halus dapat terbang sejauh ribaun kilometer mengikuti arah angin.Sejauh ini abu vulkanik gunung Kelud ke arah timur mencapai pulau Lombok di Nusa Tenggara Timur. Dan abu vulkanik yang ke arah barat lebih jauh lagi karena diakibatkan angin berhembus ke arah barat. Sejauh ini abu vulkanik telah ditemukan hingga Garut, Tasikmalaya, Bandung, hingga Ciamis di Jawa Barat.Sedangkan material vulkanik berupa kerikil dan kerakal ditemukan di daerah Kediri, Blitar dan sekitarnya. Dari pengalaman saya (yang notabene dari Kediri) jika material kerikil dan kerakal itu dikumpulkan maka bebatuan yang menghujani atap tiap rumah, bisa mencapai satu truk.
Sedangkan tekstur abu vulkanik gunung Kelud yang diteliti pun, ternyata lebih lembut jika dibandingkan dengan abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Merapi. Warna abu juga berbeda. Abu dari Kelud berwarna kecokelatan, sedangkan abu Merapi cenderung abu-abu.Kandungan kimia abu dari Kelud masih diteliti. Karena teksturnya sangat lembut, abu itu sangat mudah terserap ke dalam paru-paru jika terhirup. Karena itu, masyarakat diwajibkan menggunakan masker.Walaupun bertekstur lembut, abu vulkanik dari Kelud juga sangat licin. Abu vulkanik ini akan memadat dan mengeras jika tersiram air.Ini membahayakan warga yang mengendarai mobil atau sepeda motor karena jalanan yang tertutup abu menjadi licin. Warga diminta berhati-hati.Abu vulkanik mengandung beberapa unsur kimia. Yang paling dominan adalah silika, aluminium, kalsium, dan kadar besi.
 Pasir-pasir ini dikumpulkan oleh warga dan digunakan untuk pembangunan kembali rumah mereka, bahkan ada yang menjual pasir-pasir tersebut.


Sumber :
https://indocropcircles.wordpress.com/2014/02/14/sejarah-letusan-dahsyat-gunung-kelut-tahun-1919-1990-2007-2014/
Wikipedia.com

Selasa, 13 Oktober 2015

BATUAN PIROKLASTIK


BATUAN PIROKLASTIK

Pengertian Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik merupakan batuan yang disusun oleh material hasil letusan gunung berapi akibat adanya gaya endogen, setelah itu ia mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapannya, kemudian setelah melewati proses pengendapan, ia mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang pada akhirnya menjadi batuan piroklastik.


Klasifikasi Endapan Piroklastik
Endapan piroklastik menurut Mc Phie et al (1993) adalah endapan volkaniklastik primer yang tersusun oleh partikel (piroklas) terbentuk oleh empsi yang eksplosif dan terendapkan oleh proses volkanik primer (jatuhan, aliran, surge). Proses erupsi ekplosif yang terlibat dalam pembentukan endapan piroklastik meliputi tiga tipe utama yaitu : erupsi letusan magmatik, erupsi freatik dan erupsi freatomagmatik. Ketiga tipe erupsi ini mampu menghasilkan piroklas yang melimpah yang berkisar dari abu halus (< 1/16 mm) hingga blok dengan panjang beberapa meter. Tipe endapan piroklastik meliputi:
 1. Piroklastik aliran.
2. Piroklastik jatuhan.
3. Piroklastik surge.

Jenis Pengendapan



1.      Piroklastik Jatuhan (Fall)
Dihasilkan dari letusan eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh kembali ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api, memiliki ketebalan endapan yang relatif berukuran sama.
              - Sebaran mengikuti topografi.
          - Ukuran butiran menghalus, lapisan menipis menjauhi pusat erupsi
   - Struktur :graded bedding normal dan reverse. Komposisi : pumice, scoria, abu/debu, sedikit lapili.
          - Macam-macam : scoria-fall deposit, pumice-fall deposit, ash-fall deposit

2.      Piroklastik Aliran (Flow)
Endapan piroklastik yang umumnya mengalir ke bawah dari pusat letusan gunung api yang memiliki kecepatan tinggi pada saat adanya longsoran. Endapan aliran ini berisikan batu yang berukuran bongkah dan abu.
-  Endapan aliran debu dan balok/blok
a.  Terdiri dari lapili vesikuler dan debu
b. Sorting buruk; butiran menyudut
c. Sebaran tidak merata; menebal di bagian lembah
d. Seringkali berasosiasi dengan lava riolitik, dasitik, andesitik
-  Endapan aliran scoria
a.  Didominasi oleh lapili scoria
b.  Komposisi andesitik, basaltik
-  Endapan aliran pumice
a.  Komposisi dasitik, riolitik
b.  Lapili, blok, pecahan gelas bertekstur pumice



Siklus Endapan Piroklastik Aliran


3.      Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge dihasilkan dari letusan gunung api yang kemudian mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran.


Siklus Endapan Piroklastik Surge


Struktur Batuan Piroklastik
Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan beku, seperti struktur skoria, vesikuler, massif maupun amigdaloidal maupun struktur batuan sedimen, yaitu struktur perlapisan graded bedding atau cross bedding.
Jenis jenis batuan piroklastik ada banyak seperti Aglomerat, Breksi Volkanik, Lapili Stone, Tufa (tuff), Agglutinate, dll. Berikut penjelasan beberapa jenis batuan piroklastik :

1.      Aglomerat, ukuran butir lebih besar 32 mm (Bomb).
Aglomerat adalah batuan piroklastik yang mirip dengan konglomerat (batuan sedimen) di dalam tekstur. Perbedaannya terletak pada komposisi, dimana aglomerat terdiri dari fragmen-fragmen volkanik (lava dan piroklastik di antaranya gelas).



 

Aglomerate Stone

2.      Breksi Volkanik, ukuran butir lebih besar dari 32 mm (Block).
Breksi Volkanik seperti halnya aglomerat, breksi volkanik juga dibentuk oleh material gunungapi (volknik).

Breksi Volkanik
3.      Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang diklasifikasikan oleh mineralogi atau kimia. Terbentuk dari lava yang kaya volatiles atau gas tetapi kurang kental dari lava membentuk batu apung. Ketika batuan cair meningkat dalam pipa vulkanik, gas mulai terbentuk dan mengumpulkan dan gas-gas yang membentuk gelembung besar dalam lava. Batu dipadatkan yang dihasilkan adalah Scoria. Meskipun ruang terbuka di dapat Scoria batu besar umumnya lebih berat daripada air yang tidak seperti kebanyakan batu apung bisa mengapung di atas air.



 
Batuan Beku Scoria








4.      Lapili Stone yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam, struktur batuannya massive, dan derajat kristalisasinya hipokristalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass dan kristal, tekstur pada lapili stone ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah lapili (d= 2 - 64 mm). Sedangkan bentuk dari lapili stone ialah fragmental. Petrogenesa dari lapili stone ini ialah terbentuk didalam permukaan, tetapi mineral ada yang belum membentuk kristal yang utuh. Lapili stone memilki komposisi mineral dalam batuannya, mineralnya ialah plagioklas dan hornblende (amphibol). Masing-masin jumlah dalam % dalam batuannya ialah plagioklase 30% dan amphibol 20%.



 



Batu Lapili








Sumber            :
·         elisa.ugm.ac.id/user/archive/.../d025fd0777d36d725d3a023f00a51cb
·         www.academia.edu
·         www.geology.com
·         https://wwwf.imperial.ac.uk/